AH, mengapa malam ini harus sedikit serius?
Dan ya, untuk mengakhiri keseriusan, setelah –sebenarnya belum rampung secara makna- membaca seluruh karya dalam buku ini, saya bersepakat (dengan diri saya sendiri), saya akan berselimut bersama kumpulan tiga puluh produk industri kreatif ini dengan selimut berbulu tenun pola paling hangat dari Budi Darma: pola WWI, soal sastra dan ideologi.
Ia bilang, di dalam keduanya ada tiga hal yang dapat direnungkan kembali. Tiga hal itu adalah Weltanschauung, Worldview, dan Ideology (WWI). Makna harfiah Weltanschauung sebenarnya sama dengan Worldview yakni pandangan terhadap dunia, namun tetap ada yang membedakan keduanya adalah implikasinya.
Weltanschauung diciptakan oleh Wilhem Dilthey,s eorang filsuf Jerman. Ia menggali dengan pandangan sangat kritis dalam dunia hermeneutika. Karena memang, salah satu titik berat hermeneutik adalah eksistensi manusia, dan manusia tidak mungkin lepas dari alam, maka salah satu fokus pemikirannya dalah bagaimana manusia menyikapi alam. Dari sinilah muncul istilah “Weltanschauung” (pandangan dunia).
/bulan/
Di malam hari yang tak terlalu kelam memang, saya masuk ke dalam celah-celah style bahasa kias yang beragam –kadang juga seragam. Misalnya saja, perhatian saya pada puisi Rahman jatuh pertama kali pada Rumah Aroma Tanah. Dalam menyikapi alam, Rahman memilih rumah sebagai subjek yang memainkan peristiwa. Bahwa dengan sendirinya manusia memang tidak mungkin bersikap pasif. Bahkan dalam berhadapan dengan Tuhan pun manusia tidak bersikap pasif, namun selalu saja berusahan untuk bersikap aktif.
Semakin malam, muncul berkelebat atau sedikit menebak, bahwa pilihan tema Rahman sungguh menunjukkan kecemasan dan keterasingan. Kecemasan mengakibatkan rasa takut pada dirinya sendiri sehingga mencari sesuatu di luar diri dan keterasingan menciptakan kutipan-kutipan tentang hidup, alam, dan Tuhan.
Jari-jari menulis kenangan yang manis -kadang juga mengiris- secara lebih puitis. Kata menukik pada permadani kisah, cinta, muasal segala yang ada, peraduan, sembahyang, fenomena yang tak jauh dari pandangan kekinian, kematian, hingga pada pengaruh apa yang Rahman baca, semacam: rangkaian ungkapan sufistik.
Tuhan yang ia tunjukkan, betapa Ar-Rahman Ar-Rahim. Ini yang mesti diingat oleh sebagian pembaca yang biasanyanya masih dan selalu membutuhkan kedamaian rohani. Terima kasih, Rahman.
/bintang/
Malam sudah semakin memucuk. Bertemulah saya pada apa yang di atas sebutkan, Ideology. Namun, padahal menulis epilog, prolog, atau semacam kritik sastra tidak begitu beda dengan menjadi DJ, yang menyarankan suatu jenis ramuan musik-penikmatan atas nada-nada kejadian yang berkelindan dan bebas dinikmati oleh pembaca dari depan panggung kiasan makna, seperti nada jazz pada racikan Iqbal “Jim Berlari Mengejar Roti-Roti”, dan itu: menarik.
Repitisi eksistensialisme berkali-kali melompat di panggung kiasan makna racikan Iqbal ini, seakan minta diperhatikan. Ketika diperhatikan, repitisi itu muncul sebagai nada ritmis-kata; dingin, ganas, sunyi, maut, pisau, api, tarian, perlawanan, kuasa, dan: sendiri. Nada iringan-peristiwa juga berulang-ulang berenang; keabadian, tindakan, keasingan, kehancuran, juga tangisan. Mix rhythm -nama pun tidak ketinggalan; El, Len, Glen, Anasta, Gregorios, Mike, Raf, Peyrehorade, Venus, Prey, Ek, Flin, Arter, Jim dan Mar.
Selain menandai dunia puitik dan kontemplasi reflektif, diksi yang direpitisi dengan intensitas masif juga nyatanya menandai dunia bahwa kesadaran masih ada.
/petang/
Barangkali, Weltanschauung yang disuarakan oleh kedua penyair muda ini dalam karyanya bahwa manusia bersikap aktif. Karenanya, manusia menyembah Tuhan dan mengajukan permohonan-permohonan kepada Tuhan. Akan tetapi, kendati tidak bersikap pasif, pada dasarnya manusia pasrah kepada Tuhan, dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan.
Begitu pun sikap manusia terhadap alam juga aktif: manusia selalu mengadakan tawar menawar dengan alam, karena itu ada ketegangan: di satu sisi manusia berusaha untuk menguasai alam, di sisi lain manusia ditundukkan oleh alam. Tawar menawar ini melahirkan “Weltanschauung”, dan artinya, sekali lagi, “pandangan (terhadap) dunia.” Dalam konteks tawar menawar inilah manusia tidak mungkin bersikap pasif, akan tetapi terus berjuang.
/ fajar/
Kekaguman di akhir malam pun jatuh saat membayangkan, sebenarnya sungguh telah bertumpah ruah kata-kata puitik di kehirukpikukkan perpuisian Indonesia. Namun, mereka tetap dengan tegap tak kalah hilir mudik membopong peristiwa yang kemudian dirangkum di dalam buku kecil ini. Mungkin terlalu pendek untuk perjalanan hidup yang meski muda, namun tetaplah sudah berumur juga. Mungkin saja ada yang terlupa atau terselip di antara sekian rencana yang berganti atau mungkin berubah. Tetapi, lihatlah saja ini sebagai wujud dari sebuah kumpulan bara; sebuah semangat muda yang tidak pernah padam setelah waktu demi waktu berlalu.
Sesuatu yang saya anggap perlu diperhatikan, bila meminjam istilah Asep Sambodja, adalah ini: semoga apa yang dicita-citakan sastra dalam kekaryaan yaitu berupa tinggi mutu ideologi dan tinggi mutu artistik dapat sedikit demi sedikit dicapai dan dijaga dalam setiap karya yang lahir. Tentu karya dengan gaya dan pendekatan apapun itu.
Kiranya, demikian yang dapat saya terangkan singkat dari apa yang saya dapat di detik-detik makrifat malam. Sekarang sudah Senin pukul 6 pagi, bus kota sebentar lagi berangkat. Saya kuliah dulu! []
Bogor, 2016
Slot Machines for Mobile - JTG Hub
BalasHapusYou might have heard about Slot 논산 출장샵 Machines but slot machines 안양 출장마사지 are mostly based around a spinning wheel, with 강릉 출장샵 a 세종특별자치 출장샵 spinning ball 보령 출장마사지 and playing machine. slots machine.