Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Sahabat, Karib, Teman (Politik?)

Pikiran Rakyat, 6 November 2016 Awal bulan lalu, saya bersama seorang sahabat mengunjungi studio televisi swasta di Jakarta. Kami ke sana untuk menyaksikan secara langsung tayangan temu wicara (talkshow) politik bertajuk #MerayuJakarta. Tajuk berseri yang menyajikan adu pendapat dari para wakil relawan pemenangan tiga calon gubernur DKI Jakarta. Awalnya tidak ada yang aneh pada malam itu. Namun, semakin acara beranjak riuh oleh hadirin dan temu wicara semakin panas, saya berpikir tentang sesuatu yang menurut saya menarik untuk dibawa ke permukaan. Pada mulanya, saya meraba-raba rasa dan makna tiga kata kunci yang muncul pada forum itu. Kata kunci yang menjelma idiom baru tersebut disematkan oleh masing-masing relawan tim sukses;  Sahabat Anies, Teman Ahok, dan Karib Agus.  Perbedaan yang samar-samar itulah, yang membuat pemilihan kepala daerah khusus ibukota menjadi semakin menarik dan seksi. Dalam hiruk-pikuk perkembangan bahasa persatuan, Bahasa Indonesia, kit...

Jurus Cimande, Membela Diri Bukan Melawan

bersama kasepuhan Seni Silat Cimande, Abah Ali dan istri Belum terlalu lama saya sempat menjenguk keadaan sebuah kampung kecil bernama Cibata. Kampung yang tak jauh dari tempat tinggal saya di Desa Barengkok-Bogor bagian barat pulau Jawa Barat. Kampung yang dipenuhi lahan hijau persawahan, ladang, dan kolam ikan sebagai tempat pemancaingan atau penangkaran. Cibata tak hanya menyimpan keindahan lanskap sejauh mata memandang saja. Di balik eloknya permukaan ia simpan berjuta nilai luhur di mana kehidupan menemukan hakikat keberanian.  Sebelum lebih banyak kita bercerita, sedikit bolehlah kita menengok pertanyaan, untuk apa sesungguhnya kita memelihara budaya dan tradisi bangsa? Mungkin juga ini menjadi salah satu jawaban bahwa tidak lain karena kita ingin selalu belajar menjadi manusia (manusia dengan “M” besar) . Dengan memelihara budaya dan tradisi kita akan berjumpa dengan beragam karakter manusia, jenis-jenis pola pikir, seluk-beluk kepercayaan, dan cara pandang beragam m...

Kontemplasi, Kepedulian, dan Kemapanan dalam Syair Tanah Lahir

Tulisan ini membahas buku puisi Syair Tanah Lahir karya Rudy Ramdani Perenungan, kepedulian, dan kemapanan.  Tiga hal yang menurut saya berkesinambungan. Akibat perenungan (kontemplasi) kita akhirnya dapat menghasilkan suatu sikap, dalam hal ini kepedulianlah yang muncul. Rasa peduli itu kemudian merambah pada kemampuan seseorang menciptakan hasta karya, sebagai salah satu ungkapan ekspresi dari seseorang. Tidak mungkin dalam menciptakan sebuah karya itu tidak memikirkan proses dan hal teknis sebagai bentuk. Di sanalah, akibat kemapanan si penyair yang tak hanya mapan dalam linguis tetapi lebih penting pada proses pemaknaan aktualisasi kehidupan, akhirnya karya sastra pun diciptakan.   Tiap karya sastra yang lahir, ketika karya tersebut memiliki keunggulan kualitas estetik dan memiliki potensi sebagai sumber inspirasi yang mencerahkan pembacanya, sangat penting untun diapresiasi oleh masyarakat. Menurut Hasanuddin W.S. dkk., apresiasi sastra adalah kemampuan unt...

Kampoeng Literasi

kepada Bogor Belakangan ini ,  pembicaraan mengenai budaya membaca dan menulis sering muncul di berbagai forum yang berkaitan dengan kondisi masyarakat yang masih berpijak pada  oral tradition.  Di samping itu, ada data yang menyebutkan k ondisi sejumlah perpustakaan yang ada di wilayah Jawa Barat cukup memprihatinkan. Selain kekurangan pustakawan yang menguasai ilmu tentang perpustakaan, ratusan perpustakaan yang ada di Jawa Barat misalnya, juga sepi pengunjung karena minat baca masyarakat yang rendah.   S ebagian besar kondisi ini disebabkan kurangnya tenaga ahli di bidang perpustakaan yang dipekerjakan di setiap perpustakaan. Akibatnya, para penjaga perpustakaan pun tidak bisa mengolah buku dengan baik. Kondisi perpustakaan yang tidak terawat dan tidak lagi mengikuti perkembangan zaman dapat menjadi salah satu faktor utama mengapa masyarakat kurang gandrung dalam kegiatan membaca. Padahal pasokan buku-buku setiap tahun semakin meningkat. Namun jumlah banyak...

Hayati Lelah, Bang!

[Pikiran Rakyat, 10 April 2016] Seorang bijak pernah mengatakan, “satu hal yang mutlak berubah di bumi ini adalah perubahan itu sendiri”. Tak ketinggalan, perubahan ke arah yang lebih dinamis dibumbui fenomena roman terjadi pada publik kekinian -mayoritas netizen. Perubahan itu dapat dicurigai merupakan pengaruh dari sikap pribadi yang kemudian menular pada sikap kolektif. Misalnya saja satu orang yang sedang dirundung gelisah, saat ia bercerita kepada satu orang lainnya dan lebih banyak orang, maka bisa jadi kegelisahan itu dikuatkan oleh orang di sekelilingnya yang juga merasakan. Perasaan kemudian diimbangin oleh pikiran. Rasa dan pikir, hakikat dasar sumber munculnya tanggapan dari manusia. Tanggapan yang merupakan kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Tanggapan juga berarti bayangan atau kesan yang tertinggal di dalam diri seseorang setelah kita melakukan pengamatan terhadap suatu objek (Emzir dan Saifur: 2015: 166). Adapun tanggapan memiliki dua fungsi:...