Langsung ke konten utama

Postingan

Kerja Berat Bikin Zaman Anti Korupsi

Taman Makam Pahlawan tidak jauh dari sini, dari tempat kami berkumpul malam itu. Belum hilang ingatan kita akan tragedi yang menimpa ‘pahlawan bangsa melawan korupsi’, Novel Baswedan. Tragedi yang bukan pertama kalinya terjadi di negeri “taat hukum” ini. Ada atau tidak ada tragedi kemanusiaan, kita harus tetap menggerus tindak korupsi, tanpa ampun. Memori pada pahlawan dan tragedinya itu membawa kami untuk berkumpul dan berbincang santai. Bahwa lagi-lagi, dinasti koruptor wajib dibumihanguskan. “Ngobrol Santai Anti Korupsi bareng Slank, ICW, dan KPK” malam itu (12/4/2017) makin hangat dan santai karena dipandu oleh seorang komedian yang sudah kita kenal lama, Ronal Surapraja. Ia tenar saat membintangi acara komedi Extravaganza. Sebagaimana yang disampaikan Bunda Iffet dalam sambutan hangatnya sebelum acara dimulai, anak muda harus jadi orang pintar. Harus rajin belajar. Belajar banyak. Jangan sampai apa yang didiskusikan malam ini, itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri. “N...
Postingan terbaru

Kegiatan Belajar dan Language Use

Telah dapat dibuktikan secara ilmiah dan faktual bahwa psikolinguistik ialah ilmu yang tak hanya membicarakan kejiwaan, tetapi juga tentang bagaimana pengetahuan dapat diproses hingga matang dalam syaraf-syaraf otak manusia. Psikolinguistik tidak hanya mempelajari tentang bahasa, tetapi juga proses kognisi seperti mengamati, penalaran, mengingat, memahami, menilai, memecahkan masalah, dan menyimpulkan kegiatan belajar dan language use. Psikolinguistik meliputi proses kognitif yang bisa menghasilkan  kalimat  yang mempunyai arti dan benar secara  tata bahasa  dari perbendaharaan kata dan struktur tata bahasa, termasuk juga proses yang membuat bisa dipahaminya  ungkapan ,  kata ,  tulisan , dan sebagainya.   Belajar, memproduksi, memahami, dan mengingat bahasa merupakan proses kognitif.  Komputer semakin berguna dalam penelitian psikolinguistik, baik dalam menjalankan percobaan dan pemodelan perilaku secara verbal. Contoh aktivitas k...

Merawat Pemikiran; Merenungi Kartini

oleh Dr. Susi Fitri, M.Si.,kons. Membaca, sekali lagi membaca bukan merayakan,  membaca surat-surat Kartini bagi saya adalah usaha merawat sebuah pemikiran. Itu pekerjaan sulit di negara ini, karena berpikir tidak dianggap bekerja.  Bekerja  bagi kita adalah sejauh membutuhkan tenaga kasar, lebih bagus lagi kalau berbau-bau militer. itu bisa kita lihat dari berbagai gugatan di FB, di twitter  bahkan di blog. Seorang pahlawan bagi kita adalah orang yang membawa senjata,betapa pun itu artinya membunuh sebuah nyawa yang tidak pernah kita ciptakansendiri. Makanya, cobalah sekali-kali kita hitung berapa jumlah orang militer di taman makam pahlawan dan berapa jumlah orang sipil di sana. Apatah lagi jumlah pemikir dalam taman makam pahlawan yang rindang anggun itu. Bagi kita,membunuh adalah satu cara sah untuk menjadi pahlawan, dan berpikir, hanya membuang-buang waktu menjadi nyinyir. Betapa mengerikannya. Bahwa seseorang yang menulis,seringkali ditulis “...

Kartini: Hak Narasi Seorang Pahlawan

Oleh  Dr. Susi Fitri, M.Si.,kons. Lebih dari seratus tahun yang lalu, Kartini menulis,  “perubahan akan datang di bumi putra…. Siapapun yang terpilih oleh nasib menjadi ibu rohani untuk melahirkan 'yang baru' harus menanggung derita.”  Namun, perubahan itu tidak datang tanpa usaha yang bercucur keringat dan menghantam perasaan karena sebelum perubahan itu datang, tulisnya lagi, “masih banyak yang harus diperjuangkan, diderita, dilawan serta dikalahkan—pertama-tama Raja Prasangka, kemudian Ratu Kepicikan dan Ratu Kekerdilan Jiwa." Demikianlah. Epik kartini adalah epik kesedihan, kekecewaan, harap-cemas pada keadilan dan kebebasan, dan kemarahan yang membara terhadap penindasan. *** Lama sebelum dengan sadar mulai melakukan perlawanan, sesungguhnya Kartini sudah dianggap sebagai pembangkang, penentang, dan pelanggar sopan santun. Kelincahannya mengundang kecaman pedas dari orang-orang di sekelilingnya. Karena itu, kemudian Kartini menyadari bahwa “jalan yan...

Sahabat, Karib, Teman (Politik?)

Pikiran Rakyat, 6 November 2016 Awal bulan lalu, saya bersama seorang sahabat mengunjungi studio televisi swasta di Jakarta. Kami ke sana untuk menyaksikan secara langsung tayangan temu wicara (talkshow) politik bertajuk #MerayuJakarta. Tajuk berseri yang menyajikan adu pendapat dari para wakil relawan pemenangan tiga calon gubernur DKI Jakarta. Awalnya tidak ada yang aneh pada malam itu. Namun, semakin acara beranjak riuh oleh hadirin dan temu wicara semakin panas, saya berpikir tentang sesuatu yang menurut saya menarik untuk dibawa ke permukaan. Pada mulanya, saya meraba-raba rasa dan makna tiga kata kunci yang muncul pada forum itu. Kata kunci yang menjelma idiom baru tersebut disematkan oleh masing-masing relawan tim sukses;  Sahabat Anies, Teman Ahok, dan Karib Agus.  Perbedaan yang samar-samar itulah, yang membuat pemilihan kepala daerah khusus ibukota menjadi semakin menarik dan seksi. Dalam hiruk-pikuk perkembangan bahasa persatuan, Bahasa Indonesia, kit...

Jurus Cimande, Membela Diri Bukan Melawan

bersama kasepuhan Seni Silat Cimande, Abah Ali dan istri Belum terlalu lama saya sempat menjenguk keadaan sebuah kampung kecil bernama Cibata. Kampung yang tak jauh dari tempat tinggal saya di Desa Barengkok-Bogor bagian barat pulau Jawa Barat. Kampung yang dipenuhi lahan hijau persawahan, ladang, dan kolam ikan sebagai tempat pemancaingan atau penangkaran. Cibata tak hanya menyimpan keindahan lanskap sejauh mata memandang saja. Di balik eloknya permukaan ia simpan berjuta nilai luhur di mana kehidupan menemukan hakikat keberanian.  Sebelum lebih banyak kita bercerita, sedikit bolehlah kita menengok pertanyaan, untuk apa sesungguhnya kita memelihara budaya dan tradisi bangsa? Mungkin juga ini menjadi salah satu jawaban bahwa tidak lain karena kita ingin selalu belajar menjadi manusia (manusia dengan “M” besar) . Dengan memelihara budaya dan tradisi kita akan berjumpa dengan beragam karakter manusia, jenis-jenis pola pikir, seluk-beluk kepercayaan, dan cara pandang beragam m...