Telah dapat dibuktikan secara ilmiah dan faktual bahwa psikolinguistik ialah ilmu yang tak hanya membicarakan kejiwaan, tetapi juga tentang bagaimana pengetahuan dapat diproses hingga matang dalam syaraf-syaraf otak manusia. Psikolinguistik tidak hanya mempelajari tentang bahasa, tetapi juga proses kognisi seperti mengamati, penalaran, mengingat, memahami, menilai, memecahkan masalah, dan menyimpulkan kegiatan belajar dan language use.
Psikolinguistik meliputi proses kognitif yang bisa menghasilkan kalimat yang mempunyai arti dan benar secara tata bahasa dari perbendaharaan kata dan struktur tata bahasa, termasuk juga proses yang membuat bisa dipahaminya ungkapan, kata, tulisan, dan sebagainya. Belajar, memproduksi, memahami, dan mengingat bahasa merupakan proses kognitif.
Komputer semakin berguna dalam penelitian psikolinguistik, baik dalam menjalankan percobaan dan pemodelan perilaku secara verbal. Contoh aktivitas komputer di antaranya, kata-kata dari sebuah kalimat dapat ditampilkan di layar komputer dengan kecepatan dikendalikan oleh subjek. Kesulitan pengolahan, dicatat dan dianalisis oleh komputer.
Beberapa dekade terakhir, komputer berfungsi memberikan instruksi, juga telah menjelma model untuk pemrosesan informasi bagi manusia. Proses itu kemudian dibagi menjadi serangkaian tahapan dan digambarkan dalam sebuah diagram yang meliputi urutan langkah-langkah dari kontrol pusat.
Selanjutnya, memori terbagi tiga yakni sensorik, jangka pendek, dan jangka panjang. Hal yang penting dari penelitian dengan menggunakan komputer adalah adanya kecerdasan buatan (AI). Komputer mampu mengerjakan tugas, seperti memecahkan masalah, menjalankan permainan, dan memahami bahasa manusia. Terkadang sistem tersebut memecahkan masalah dengan meniru cara bekerja manusia. Modus jaringan komputer pun dapat saling berhubungan dalam otak manusia yang dapat memproses banyak tugas secara simultan dan dapat belajar dari pengalaman.
Dengan adanya sistem kecerdasan tersebut komputer juga dapat memecahkan masalah dengan sebuah metode. Misalnya menyelesaikan dengan aritmatika yang berbeda cara dengan manusia. Kecerdasan buatan juga terlibat dalam perumusan ilmu pengetahuan. Contohnya pada seorang ahli seperti dokter, pebisnis untuk melakukan pencarian apa yang harus dilakukan ketika mendiagnosa atau memutuskan sesuatu. Pekerjaan ini tak selamanya berhasil, para ahli pun pernah gagal ketika melakukan pemrosesan diagnosa dan lainnya saat bekerja.
Dengan adanya Artificial Intelegent, sistem dapat mengenali apa yang manusia ujarkan. Dalam prosesnya, beberapa peneliti melihat proses yang dilakukan oleh telinga (sistem pendengaran). Komputer dapat memproduksi teks tertulis, yang menjadi penolong bagi penderita tuna netra, sehingga dapat dimengerti meski tidak terdengar alami.
Komputer dapat memahami, menghasilkan dan menerjemahkan tulisan dalam bahasa yang berbeda. Juga dapat menerjemahkan berbagai bahasa, akan tetapi komputer tidak dapat menerjemahkan teks dengan benar-benar memahaminya. Dengan demikian, kita perlu memahami proses kalimat dan wacana serta perbedaan antarbahasa lebih dari kemampuan komputer tersebut.
Proses Mengingat
Untuk menafsirkan setiap peristiwa atau cerita, seseorang harus memahami lebih jauh dan memilah, apa yang terjadi? Cerita tentang apakah ini? Siapa melakukan apa? Untuk siapa? Kenapa? Kapan? Dimana? Bagaimana?
Memori dapat dibagi menjadi tiga bagian yang terpisah tetapi saling berinteraksi, memori sensorik, jangka pendek (Short Term Memory) dan jangka panjang (Long Term Memory) (Atkinson & Shiffrin, 1971). Stimulus termasuk dalam sensorik yang kemudian dianalisis. Memori yang masuk dapat berupa gambar visual dan auditori gambar, dari bahasa tulis dan bahasa lisan. Selanjutnya informasi disampaikan ke memori jangka pendek.
Memori jangka pendek itu terbatas. Mereka dapat meneruskan 2-15 item yang tidak berhubungan, tetapi dapat menyimpan lebih banyak jika dikodekan ke dalam unit-unit yang bermakna. Misalnya, kebanyakan orang langsung mengingat sekitar tujuh kata pendek yang tidak terkait seperti kata perang, tujuh, dan, delapan puluh, lalu, di, adalah. Akan tetapi, jika frasa yang terkait ia bisa mengingat lebih dari lima belas frasa, misalnya frasa semua adil dalam cinta dan perang, delapan puluh tujuh tahun yang lalu. Memori ini juga mengontrol arus informasi dari dan ke data yang masuk memori jangka panjang.
Cara kerja memori pusat ialah memperhatikan masukan dan mengarahkan operasi dari komponen lainnya. Selanjutnya ada yang dinamakan loop artikulatoris yakni loop latihan lisan, misalnya ketika kita mengingat nomor telepon selama beberapa detik dengan bergumam kepada diri kita sendiri. Loop artikulatoris digunakan untuk menyimpan kata-kata yang sedang dipersiapkan untuk berbicara lantang. Komponen fonologi memegang kata-kata dalam sebuah kalimat. Berhubungan dengan informasi visual spasial. Memori kerja menekankan proses aktif sedangkan STM menunjukkan penyimpanan memori. Selain itu, ukuran rentang memori kerja tampaknya lebih fleksibel dibandingkan dengan STM.
Penyimpanan di memori jangka panjang adalah jumlah yang tak terbatas, pengetahuan yang relatif permanen, dan memuat keterampilan. Ribuan kata-kata dan aturan tata bahasa, informasi tentang lawan bicara Anda, peristiwa dunia, dan sebagainya. Anda dapat belajar bahasa asli dan menyimpan lima puluh ribu kata dalam LTM. Kemudian bisa mempelajari dan menyimpan lima puluh ribu kata tambahan dari bahasa kedua. Memori jangka panjang berfungsi sebagai penyimpanan ke mana informasi yang dimasukkan melalui STM atau memori kerja dan dari mana informasi diambil untuk digunakan dalam STM atau memori kerja.
Melihat pada pengolahan memori, ternyata stimulus dapat diproses pada berbagai tingkat abstraksi, seperti analisis sensorik dangkal dan lebih dalam yang sifatnya semantik interpretasi. Sebagai contoh, seseorang dapat memproses kata dalam penampilan fisiknya (huruf besar atau cetak miring). Intonasi dalam suatu suara, dan sejauh mana pendalaman maknanya. Semakin dalam pengolahan, maka semakin baik penyimpanan dari aspek stimulus. Sebaliknya semakin buruk penyimpanan, semakin dangkal tingkat stimulusnya.
Pengetahuan Tentang Struktur
Pembahasan tentang kognitif ini juga mengungkapkan bahwa bahasa muncul antara pembicara dan pendengar yang berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam rangka memberikan informasi yang diperlukan, pembicara juga harus memperkirakan pengetahuan pendengar sehingga untuk menghindari sikap merendahkan dan mistifikasi (Keenan & Schieffelin 1976).
Banyak pengetahuan manusia terstruktur dengan berdasarkan runtutan suatu peristiwa rutin yang terjadi setiap harinya. Skema tersebut diperoleh melalui pengalaman berinteraksi dalam banyak aktivitas. Pada akhirnya manusia dapat menafsirkan dan mengingat kasus yang baru dari tempat terjadinya peristiwa tertentu.
Skema yang dapat manusia proses itu dapat diibaratkan seorang aktor dan aktris yang berperan berbeda pada waktu yang berbeda pula. Sehingga skema memiliki variabel yang dapat dikolaborasikan dari berbagai nilai yang didapat dari pengalaman tersebut. Pengetahuan tentang nilai-nilai khas variabel dan antar hubungan mereka disebut kendala variabel. Kendala variabel dapat berfungsi sebagai dugaan awal untuk variabel yang nilainya belum diamati. Sama seperti sebuah drama, setiap kali aktor dan aktris melakukan peran mereka pada waktu dan tempat tertentu, maka skema berkonfigurasi dari nilai yang terikat variabel pada catatan (naskah) tertentu.
Gagasan yang mirip dengan skema disebut naskah. Di dalamnya terkandung urutan stereotip dari tindakan untuk beberapa peristiwa yang sering terjadi, juga mencakup aktor dan obyek yang terlibat dalam tindakan (Schank & Abelson 1977). Naskah lainnya adalah MOP (memori paket organisasi). Seperti naskah, MOP adalah urutan peristiwa yang koheren, yang berisi informasi tentang adegan aktivitas, seperti MOP restoran yang berisi adegan duduk, makan, dan membayar. Tapi tidak seperti naskah, adegan dalam MOP adalah adegan umum yang biasa terjadi di latar naskah. MOP lebih fleksibel daripada naskah.
Urutan naskah tampaknya terwakili dalam memori manusia. Sebab setelah membaca teks pada naskah, orang mengingatnya beserta kesalahan-kesalahannya. Tetapi justru cenderung lupa detail yang ada pada naskah (Graesser 1981; Bower, Hitam, & Turner 1979). Bahkan anak prasekolah memiliki representasi umum tentang peristiwa yang akrab dengan mereka seperti pesta ulang tahun. Naskah dan MOP kini telah diimplementasikan pada komputer untuk memahami jenis terbatas teks.
Pengolahan yang Terdistribusi
Representasi pengetahuan dan proses memori yang dibahas termasuk sebuah pandangan secara tradisional. Akhir-akhir ini, model koneksionis telah populer kembali untuk menjelaskan kontrol motor, persepsi, memori, dan pengolahan bahasa. Dalam model koneksionis, pengolahan informasi terjadi melalui hubungan antara sejumlah elemen pemrosesan sederhana yang disebut unit. Masing-masing mengirimkan sinyal rangsang dan penghambatan ke unit lain. Pekerjaan unit hanya menerima masukan dari unit lain dan menghitung nilai output. Sifat dari unit diilhami oleh sifat neuron otak (komputer jaringan syaraf).
Istilah lain yang digunakan untuk beberapa model koneksionis secara paralel didistribusikan pengolahan (PDP), di mana interaksi antara unit ditekankan. Model ini menggunakan pemrosesan paralel dalam banyak unit, dan melakukan perhitungan pada waktu yang sama. Hal ini juga menggunakan representasi yang didistribusikan informasi dalam berbagai informasi tentang kata yang tidak terkait secara unik dengan kata lain.
Untuk mengambil informasi dari memori, komputer menyimpan setiap item pada alamat tertentu, mengambilnya, menggunakan alamatnya, dan membutuhkan pencarian untuk item yang paling sesuai dengan konten yang sedang dicari. Dalam representasi terdistribusi, terdapat pola satu set unit secara keseluruhan. Penjelasan parsial dapat direpresentasikan sebagai pola aktivitas parsial, mengaktifkan beberapa unit. Interaksi antara unit kemudian memungkinkan set unit aktif untuk mempengaruhi unit lain, sehingga melengkapi pola dan menghasilkan item yang paling sesuai dengan deskripsi. Sebuah item baru disimpan dengan memodifikasi interaksi antara unit sehingga menciptakan pola stabil kegiatan baru.
Dalam pandangan tradisional, pengetahuan disimpan sebagai salinan pola statis. Tidak ada perbedaan nyata antara representasi yang tersimpan dalam LTM dan representasi aktif di memori kerja. Sebaliknya, dalam model PDP, apa yang disimpan bukanlah pola sendiri, tetapi kekuatan koneksi antara unit yang memungkinkan pola-pola yang akan diciptakan kembali dan diberi masukan yang tepat. Selanjutnya, pengetahuan tentang setiap individu tidak disimpan dalam koneksi dari unit khusus yang disediakan untuk pola itu, tetapi didistribusikan ke koneksi sejumlah unit pengolahan.
Pengetahuan yang telah diatur tentu mempengaruhi proses pengolahan. Jika pengetahuan adalah kekuatan dari koneksi, maka belajar harus menjadi masalah untuk menemukan kekuatan koneksi yang tepat sehingga pola yang tepat dari aktivasi akan diproduksi di bawah situasi yang tepat pula. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran bukanlah perumusan aturan secara eksplisit, melainkan akuisisi kekuatan koneksi yang memungkinkan jaringan dari unit sederhana untuk bertindak seolah-olah tahu aturan. Model PDP bukan kemampuan komputasi yang kuat dengan mekanisme belajar, melainkan adanya kemunculan mekanisme yang mengatur kekuatan hubungan antara unit berdasarkan informasi yang tersedia secara lokal di unit tersebut.
Maka, sejalan dengan pemaparan di atas Slobin (Chaer, 2003: 5) mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia. Secara lebih rinci Chaer (2003: 6) pun berpendapat, psikolinguistik menerangkan hakikat struktur bahasa, bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Pada hakikatnya, dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran.
Sintesis yang dapat diperoleh dari sekian kesimpulan proses mengenali, menghasilkan, dan memahami bahasa ialah bahwa psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan psikologi proses kognitif seorang penutur bahasa -manusia.*
Komentar
Posting Komentar